Rabu, 09 Maret 2011

MASYARAKAT MISKIN KOTA, PEKERJAAN RUMAH BAGI NEGARA DAN KITA SEMUA




            Era globalisasi menuntut kota besar untuk dapat berkembang dan menerima perbaharuan dan perubahan walau terkadang hal tersebut sangat signifikan. Kota besar dituntut untuk menjadi kota industry dengan keuntungan yang menjanjikan. Banyaknya investor asing yang bersedia menanamkan modal mereka pun membuat hal tersebut menjadi sangat menjanjikan bagi perkembangan dan kemajuan sebuah negara. Namun hal tersebut ternyata salah. Masuknya investor asing dan berkembangnya industrialisasi yang pesat disebuah negara ternyata menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Kota yang begitu menjanjikan terlihat dari luar ternyata memberikan kesengsaraan dan kemiskinan pada mereka yang kurang dapat bersaing dikehidupan kota. Akibanya banyak bermunculan masyarakat miskin kota. Mereka seperti gelandangan, anak jalanan, ataupun masyarakat yang hidup di bantaran sungai , bahkan dibawah jembatan sekalipun. Seperti Jakarta dan kota besar lainnya, masalah kemiskinan menjadi pemandangan biasa yang tidak terlalu mendapatkan perhatian, baik dari sesama masyarakat maupun dari pemerintah sendiri. Walaupun memang ada beberapa alternative kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam menangani masalah kemiskinan namun hal tersebut bukanlah solusi permanen. Kebijakan yang dibuat hanyalah kebijakan yang bersifat sementara dan hanya berlaku untuk jangka pendek sehingga masalah ini tetaplah menjadi masalah yang masih belum tahu ujung penyelesaiannya seperti apa.
            Keluarga miskin yang hidup diperkotaan yang biasa disebut masyarakat miskin kota merupakan masyarakat korban-korban dari ketidak merataan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Pembangunan hanya dipusatkan pada kota-kota besar saja sehingga terjadi kesenjangan pembangunan. Selain pembangunan yang tidak merata,industrialisasi yang terjadi dikota besar yang menimbulkan semangat bekerja dan mencoba peruntungan dikota, factor budaya pun menjadi penyebab munculnya masyarakat miskin kota ini. Sebagai contoh, budaya merantaunya orang minang. Masyarakat minang kabau memiliki budaya merantau, dimana laki-laki yang dianggap sudah dewasa diwajibkan untuk merantau kenegri seberang untuk mendapatkan pengalaman dan kehidupan yang baik. gengsi bekerja dan hidup dikota pun sebenarnya memiliki sumbangsi yang cukup besar dalam menimbulkan masyarakat miskin kota. Kebanyakan masyarakat Indonesia merasa lebih bergengsi bekerja dikota seperti Jakarta dan kota besar lainnya dari pada bekerja dikampung mereka sendiri, walaupun dengan pekerjaan yang sebenarnya penghasilannya bisa dikatakan pas-pasan untuk hidup.
            Pesatnya pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan penciptaan lapangan kerja baru mengakibatkan mereka (masyarakat miskin kota) semakin bertambah. Belum lagi penyelesaiaan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini hanya sebatas pada bantuan financial yang hanya dilihat dari segi ekonomi saja. Padahal masalah ini tidak hanya menyangkut masalah ekonomi. Bantuan financial seperti Bantuan Langsung Tunai Hanya mengatasi masalah sementara saja, selain itu hal tersebut hanya akan memanjakan masyarakat. Apabila pemerintah hanya terus memberikan bantuan financial saja, masyarakat akan tetap malas berusaha. Oleh karena itu, perlu ada solusi permanen yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini agar tidak terjadi berkelanjutan dan permanen.
            Untuk anak jalanan misalnya, setiap penertipan mereka hanya diberi nasehat, dimasukkan dalam panti sosial yang dikelola dinas sosial lalu setelah itu dilepas kembali tanpa diberi bekal dan keterampilan khusus, maka percuma hal itu dilakukan karena sepulang dari tempat tersebut mereka akan tetap mengamen dijalan, kembali menjadi pedagang asongan. Para pelacur pun setelah dijaring oleh satpol PP kemudian dimasukkan ke tempat rehabilitasi, di beri nasehat kemudian di lepas maka akan tetap menjadi pelacur, karna tidak ada solusi tepat yang di berikan untuk mengatasi ini. Sekedar member nasehat, tanpa pemberian keterampilan dan rekomendasi pekerjaan yang lebih baik dari pemerintah atau dinas terkait membuat mereka pun tidak memiliki alternative pilihan lain untuk menyambung hidup. Kembali ini adalah permasalahan perut yang harus mereka penuhi untuk tetap hidup.
            Solusi yang dapat diberikan adalah bahwa masyarakat bersama-sama pemerintah dapat memperhatikan masalah ini. Budaya masyarakat yang menganggap anak jalanan, gelandangan masyarakat miskin dan pelacur sebagai sampah masyarakat perlahan-lahan harus dapat dihilangkan. Negara dalam cakupan pemerintah pusat maupun daerah harus dapat memaksimalkan kebijakan yang pro terhadap masyarakat kecil dan masyarakat miskin. Seperti anak jalanan tadi, bahwa selain dijaring, diberi nasehat dan dimasukkan dalam panti anak, mereka pun harus diperhatikan pendidikannya. Ini adalah pemecahan secara tradisional, dan hanya dapat dilakukan untuk anak-anak yang masih dapat di direhabilitasi, tapi untuk mereka yang memang sudah terjerumus dalam kehidupan jalanan yang sebenarnya ini sngatlah sulit, alternative lain yang dapat dilakukan adalah dengan menyelami kehidupan mereka, berkomunikasi serta mencari tahu kebutuhan apa dan bagaimana mereka sebenarnya, dan cara ini sebenarnya telah dilakukan oleh beberapa LSM namun kembali lagi, setiap pekerjaan mesti ada kendala, kegiatan seperti ini memerlukan dana yang besar dan tenaga relawan yang tekun dan pekerja keras untuk melanjutkan kegiatan ini. Akan tetapi, karena keberpihakan pada yang miskin serta program pengembangan masyarakat miskin ini tampak subversif, tidak jarang kegiatan ini dicurigai oleh negara.

Oleh karena itu, menjadi pertanyaan kita semua, dapatkah negara mengizinkan terbentuk sekolah gratis bagi anak-anak jalanan? Dapatkah pemerintah mendampingi serta memfasilitasi pendidikan khusus bagi guru-guru yang nantinya akan menjadi pendidik dari anak-anak jalanan tersebut? Atau menyangkut persoalan yang lebih luas, mampukan masyarakat mengubah pandangan mereka tentang anak jalanan yang selalu kotor, dekil, dan tidak tertib? Dapatkah masyarakat membuka hatinya dan melunturkan sikap diskriminatif yang sering terjadi pada anak jalanan dan keluarga miskin?  Dan apakah masyarakat dapat membangun kepercayaan kepada masyarakat miskin dan membantu mereka dalam  mendapatkan pekerjaan? Karena yang selama ini terjadi adalah adanya mosi tidak percaya masyarakat kepada masyarakat miskin untuk mempekerjakan mereka. Karena dianggap tidak jelas asalnya dari mana dan karena berasal dari keluarga miskin mereka cendrung dicurigai mencuri barang-barang, padahal hal tersebut belum tentu terjadi. Ini yang mengakibatkan masyarakat miskin sulit mendapatkan pekerjaan dari masyarakat yang berasal dari kalangan menengah bahkan menengah keatas. Namun apabila budaya dan pola pikir seperti ini dapat dirubah, maka kita semua dapat membantu mereka yang miskin untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka agar tercipta masyarakat yang sejahtera tanpa diskriminasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar